bintang jatuh

Minggu, 30 Desember 2012

Kau Yang Terindah



“krrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnngggggggg” bunyi nyaring dari jam weker yang ada disebelah telinga vania membuatnya terbangun dari mimpi indahnya. Vania mencoba menggapai-gapai jam wekernya untuk mematikannya agar telinganya tidak semakin sakit mendengar bunyi nyaring jam wekernya.hawa dingin pagi ini akibat hujan semalam membuat Vania enggan beranjak dari tempat tidurnya.
“vania.....buruan mandi!!!” teriak mama Vania dari luar kamar Vania.
“iya maa..... 5 menit lagi, masih ngantuk nih”
“buruan dong! Nanti kebablasan tidur lagi. Mama udah siapin sarapan di meja makan, ajak Nathan sarapan sekalian kalo dia udah dateng”
“berisik banget mama ini ih!” gerutu Vania sambil menutup telinganya dengan guling.
            Vania pergi ke kamar mandi dengan keadaan setengah sadar dan matanya masih tertutup, enggan untuk terbuka. Selesai mandi Vania segera memakai seragam putih-putihnya. Cowok berkulit sawo matang, beralis tebal dengan postur badan tinggi dan memakai seragam yang sama dengan Vania ditambah mengenakan jaket berwarna biru sudah menunggunya di ruang tamu. Jonathan Kusuma. Sahabat sekaligus teman sekelasnya. Selesai bersiap-siap Vania segera menghampiri Nathan.
“sarapan dulu yuk! Mamaku udah siapin sarapan, aku tahu kamu belum sarapan kan? Yuk, keburu telat” ajak Vania sambil menarik tangan Nathan tanpa persetujuan Nathan terlebih dahulu. Nathan mengikuti langkah vania menuju meja makan.
“kamu kenapa sih tan? Daritadi diem aja?” Tanya vania ketika Vania dan Nathan menuju sekolah mereka, SMK KESEHATAN SURABAYA. Vania dibonceng Nathan dan memegang erat jaket biru Nathan.
“apanya?” jawab Nathan singkat. Dia menjawab sekenanya. Nathan memang sedang bimbang, hatinya sedang kacau saat ini. Pikirannya sedang tidak disini, entah ada dimana.
“kok tanya balik sih?”
“apanya sih van?”
“haduh mbulet aja ditanyain”
“aku lagi gak enak badan aja van”
“yakin cuman gak enak badan? Aku tahu. Gara-gara Vera ya?” tebak Vania asal.
“jangan sebut namanya! Pliss” ekspresi wajah Nathan seketika menjadi lebih murung daripada sebelumnya. Nathan mempercepat laju motornya.
“maaf deh maaf. Tapi bawa motornya gak ngebut juga gini rekk”
            Sesampainya disekolah Vania dan Nathan berjalan bersama menuju kelas mereka yang ada dilantai 2. Namun Nathan masih terdiam sejak percakapannya dengan Vania di atas motor tadi. Vania pun juga terdiam, dia tidak tahu apa yang sedeng dirasakan Nathan saat ini. Ia takut jika bertanya-tanya lebih akan membuat mood Nathan makin memburuk. Vania memutuskan akan bertanya bila mood Nathan membaik.
            Di kelaspun Vania memerhatikan Nathan banyak terdiam. Vania bingung harus bagaimana. Bel pulang berbunyi, Nathan buru-buru merapikan perlatan dan buku-bukunya. Ia ingin cepat pulang hari ini dan meninggalkan sekolah. Sebelum keluar kelas Nathan menghampiri Vania terlebih dahulu “aku tunggu diparkiran cepet!!” tanpa jawaban dari Vania Nathan langsung pergi meninggalkan Vania, dia berjalan menuju pintu kelas dengan langkah gontai.
            Nathan berjalan menuju tangga, tatapannya kosong.
BRUK!
Suara buku berjatuhan. Nathan menabrak seorang cewek yang sedang membawa beberapa buku, berambut panjang, berkulit putih dan bertubuh mungil. Vera. Adik kelas sekaligus pacar Nathan.
“Nathan! Maaf maaf” Vera terkejut ketika mengetahui yang dia tabrak adalah Nathan.
“kaamu sengaja?” nada suara Nathan tinggi hingga beberapa orang yang ada disekitarnya memerhatikan mereka.
“e..nggak! kamu masih marah? Aku bisa jelasin tan, kasih aku kesempatan pliss” vera memohon.
Tanpa suara Nathan meninggalkan Vera. Wajah Nathan seketika memunculkan emosi. Dia sudah tidak mau lagi mendengar ucapan Vera. Vera berusaha menahannya namun Nathan tetap enggan mendengar apa yang akan dijelaskan olehnya.
            Vera membereskan buku-buku yang tadi ia bawa dan sekarang berserakan dilantai. Vera tidak bisa membendung air matanya yang daritadi ia tahan saat bertemu dengan Nathan. Vania yang tidak sengaja mengetahui hal tersebut segera menghampiri Vera dan membantunya membereskan buku-buku yang berserakan tersebut.
“kamu gak apa-apa kan ver?” tanya Vania
“gak apa-apa kok mbak” jawab Vera sambil mengusap air matanya yang jatuh di pipinya, dia tidak mau Vania tahu dia menangis. Tapi percuma saja, Vania sudah tahu bahwa dia sedang menangis.
“kok nangis?”
Vera tiba-tiba memeluk Vania. “aku yang salah mbak. Aku bodoh, aku sayang Nathan mbak” air mata Vera turun deras dari matanya. Vera melepas pelukannya dan langsung pergi tanpa mendengar komentar dari Vania. Vania hanya terdiam, bingung dan masih berdiri terpaku ditempatnya.
            Vania berjalan menuju tempat parkir, disana Nathan sudah menunggu. Vania mencari-cari sosok Nathan yang sedang menunggunya. Setelah matanya menemukan Nathan dia segera menghampirinya dan langsung menaiki motor Nathan dan memegang erat jaket birunya.
            Dalam perjalanan Vania dan Nathan masih terdiam. Vaniapun mash takut untuk bertanya soal kejadian tadi. Nathan mengendarai motornya dengan laju yang lebih cepat dari biasanya. Vania lebih erat memegang jaket biru Nathan. Sampai depan rumah Vania pun Nathan tidak mengcapkan sepatah kata pun.
“aku balik dulu ya”
“iya, makasih udah dianter, kamu hati-hati dijalan ya. Kalau ada apa-apa hubungin aku ya, aku selalu standby buat kamu kok” ucap Vania dengan senyum agar kondisi hati Nathan sedikit tenang, dia tahu hati Nathan sedang tidak dalam kondisi normal. Nathan hanya menjawab dengan anggukan lalu pergi  meninggalkan Vania yang masih berdiri diepan pintu pagar rumahnya. Vania memasuki rumah menunggu punggung Nathan tidak terlihat lagi olehnya.
Vania memasuki kamar dan berganti baju. Dia ingin segera tidur dan istirahat, dia juga sedang bimbang, dia bimbang karena tidak tahu apa yang sedang dirasakan sahabatnya.
Waktu menunjukan jam 9 malam, Vania akan mengerjakan kebiasaan rutinnya, menjemput mamanya kerja. Sebenarnya dia malas menjemput mamanya karena harus melewati lokalisasi dolly yang begitu padat jalannya, belum lagi dia harus melihat pemandangan wanita-wanita memamerkan bentuk tubuhnya dan laki-laki hidung belang yang sibuk memilih-milih wanita yang sedang menjajakan tubuhnya.
Lokalisasi dolly memang selalu ramai, orang surabaya mana yang tidak tahu dolly. Dolly merupakan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara. Wow memang. Malam ini begitu ramai dan macet. Tapi tiba Vania melihat seseorang yang dikenalnya disana, Nathan. Vania tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, lelaki itu sedang di sebuah wisma bersama wanita seksi yang sepertinya seorang PSK dan menggandengnya dengan mesra. Untuk meyakinkan apa yang dilihatnya, Vania memarkirkan motornya dan menghampiri lelaki itu.
            Vania menarik pundak lelaki itu “Nathan”. Nathan terkejut melihat  Vania ada ditempat seperti ini. “kon lapo nang kene?”
“aku yang harusnya nanya, kamu ngapain disini ha?”
Nathan melepas pegangan tangannya dengan wanita PSK itu. Dia beranjak lalu menyeret Vania menjauh dari tempat itu.
“lepas! Sakit tanganku tan, kamu kenemenen nyekel tanganku”
Nathan hanya diam, dia mengambil motornya dan menyuruh Vania untuk segera naik kemotornya. Vania hanya menuruti perkataan sahabatnya, dia masih ingin mendengar penjelasan dari sahabanya, kenapa sahabatnya bisa menginjakkan kaki di tempat seperti itu.
“kon kok isok nang kono ha?” tanya Vania dengan nada meninggi dan penasaran
“dieemmmmmm” jawab Nathan dengan sedikit berteriak membuat Vania kaget dan terdiam, dia tidak mau lagi bertanya soal hal itu, dia paling takut dengan orang yang berbicara keras.
“trus kita mau kemana”
“ketempat yang enak”
“ha?”
“udah duduk anteng aja” kali ini nada suara Nathan merendah. Vania hanya dia dan mengiyakan apa yang dikatakan Nathan.
“ngapain kesini sih?” tanya Vania ketika sampai ditempat yang dimaksud Nathan
“nanti dikira kita anak gak bener kalo kesini”
“peduli kata orang? Mereka aja ya pikiran negatif, disini sejuk, nyaman, pemandangan bagus”
            Nathan mengajak Vania di pantai kenjeran, satu-satunya pantai yang ada di Surabaya. Sebenarnya indah sekali pantai kenjeran ini, selain dapat pemandangan laut yang luas kita juga bisa melihat jembatan Suramadu yang menghubungkan kota Surabaya dan Madura dengan lampu yang berkelip ketika malam hari. Sayangnya, tempat ini disalahkan gunakan oleh muda mudi yang berpacaran, sehingga opini masyarakat sekitar menjadi buruk ketika ada muda mudi berpasangan yang datang. Pasti mereka fikir muda mudi yang datang akan berbuat tidak senonoh dan sebagainya.
            Setelah memarkir motornya Nathan segera mencari tempat sesuai yang diinginkan, tenang dan nyaman. Nathan sudah mendapat tempatnya lalu duduk dipinggir pantai. Vania yang daritadi hanya mengikuti dan memerhatikan Nathan hanya diam, Vania pun ikut duduk disebelah Nathan.
            Nathan memejamkan matanya dan menikmati hawa sejuk yang ada di pantai kenjeran. Vania hanya memerhatikan cowok yang ada disebelahnya ini. “aku pengen kayak gini trus van, sejuk, tenang hmmm”
“iya tan, di sini tenang banget buat hatiku tenang juga”
            Nathan tiba-tiba memeluk Vania. “makasih van udah mau nemenin aku” Vania membalas pelukan Nathan.
“kamu kenapa sih sebenernya tan?” tanya Vania lembut sambil melepas pelukan Nathan.
“vera van”
“kenapa dia?”
“dia udah boongin aku, dia selingkuh, kemarin waktu aku nganter mama beli perlengkapan rumah dia lagi sama cowok, gandengan, mesra lagi” Nathan menceritakan sambil menahan air matanya. Vania fokus mendengar cerita Nathan.
“mama juga melihat kejadian itu van, mamaku marah, mama udah kenal deket sama vera”
“trus mamamu gimana?”
“mama langsung ngajak aku pergi dari situ, mama juga bilang, dia gak pantes buat aku, dan gak mau lihat aku bareng dia lagi”
“yauda tinggalin aja tan, asu banget tuh cewek”
“gak segampang itu van, aku udah sayang banget sama dia, dia cinta pertamaku dan pacar pertamaku”
“trus kamu mau gimana? Setelah kamu disakitin kamu mau balik sama dia? Mau disakitin lagi? Kamu kayak orang gila tau gak kalo lagi galau, aku aja sampek bingung lihatnya” Vania mendengus kesal.
“aku harus gimana van?”
“lupain dia dan move on” jawab Vania tegas.
“gak segampang itu van”
“gampang aja kalo ada kemauan dari kamu”
“banyak kenanganku sama dia”
“ya lupain lah” jawab Vania mulai kesal
“bantu aku ya van” Nathan memohon sambil menatap mata Vania dengan lekat. “makasih ya van”
Vania mengangguk dan memeluk Nathan. “jangan kayak gitu lagi ya tan, aku bingung kamu kayak gitu, pergi ke dolly lagi, tapi tadi belum ngapa2in kan disana?”
“maaf van” Nathan melepas pelukan lalu mencium kening Vania. Entah kenapa tiba-tiba perasaan Vania menjadi aneh, tidak seperti biasa saat bersama Nathan. Ada getaran dalam tubuhnya. Mungkin perasaan cinta?. Oh tidak tidak, Vania tidak mau jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Menurut Vania itu hanya akan membuat hubungan persahabatan mereka rusak.
“cari makan yuk” suara Nathan tiba-tiba mengagetkan Vania
“ehh...yuk, nyari dimana?”
“nyobain rawon setan yuk, belum pernah kan, berani gak? Haha”
“ayokk, berani dong hmm”
“kan kamu paling gak doyan pedes”
“iyasih, emang pedes banget ya?”
“namanya juga rawon setan, ya pedes lah, bukanya pas malem doang, jam 10, sekarang udah jam 12  kan? Udah buka tuh, lagi rame-ramenya malah”
“emang cuman malem tok yo bukae?
“iyalah, ndeso banget sih kamu, katanya orang surabaya tapi gak ngerti rawon setan”
“ihh jahate, aku kan anak rumahan jadi gak tau yang tempat kayak gitu” ujar Vania kesal karena diledek Nathan seperti itu, Vania mencubit lengan Nathan.
            Perjalanan menuju rawon setan tidak lagi membeku seperti tadi. Suasana sudah mencair, Nathan sudah ceria seperti biasa, bercanda bersama Vania. Tapi entah Vania merasa ada getaran aneh saat bersam Nathan. Dia sangan nyaman berada dekat Nathan, rasa nyaman itu bukan sekedar rasa nyaman yang dilindungi sahabat, melainkan rasa nyaman dilindungi oleh orang yang dicintai.
            Waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi, setelah makan rawon setan, Nathan mengantar Vania pulang.
“kamu mau langsung pulang habis nganter aku? Gak capek?”
“capek sih van”
“nginep rumahku aja tan, nanti biar aku pamitin ke mamamu, mamamu pasti ngerti”
“trus mamamu gimana? Emang gapapa?”
“ya gapapa lah tan, kamu kan dulu sering nginep dirumahku, gimana sih”
“oh iyaya hehe, maaf deh”
“kamu gak pernah nginep rumahku lagi kan sejak pacaran karo Vera” Vania mengerucutkan bibirnya
“iyadeh maaf van” ujar Nathan sambil mencubit hidung Vania.
            Sampai rumah Vania langsung membersihkan diri dan menyiapkan kamar untuk Nathan tapi Nathan mencegahnya. “gak usah repot repot van, aku tidur sofa aja, siapin bantal sama selimut aja”
“loh? Ojok ojok, kademen engkok. Diluar dingin tan”
“gapapa van, kan pakek selimut”
“beneran nih tidur sofa?”
“iyaa” jawab Nathan dengan senyum meyakinkan
“yaudah, tunggu ya, aku ambilin bantal sama selimut dikamar dulu”
            Vania pergi kekamarnya, dan kembali keruang tamu membawa bantal dan selimut untuk Nathan. “nih selimutnya” vania memberikan selimut dan bantal untuk Nathan.
“makasih sayang”
Vania tercengang dengan apa yang barusan dikatakan Nathan. Nathan memanggilnya ‘sayang’. Hati Vania bergejolak ketika sebutan itu keluar dari bibir Nathan. Saat Vania sedang memikirkan sebutan yang barusan dari bibir Nathan, Nathan mendekatkan mukanya dan mengecup bibir Vania “makasih untuk hari ini”. Vania tidak menjawab, dia terkejut untuk yang kedua kalinya, Nathan membuatnya salting. “iii...yyaaaa tan, sama sama. Aku tidur dulu”
“good night, have a nice dream my special
Ya tuhan apalagi ini? Desah hati Vania. Mengapa Nathan menjadi seperti ini, membuatnya berbeda, membuatnya jatuh cinta lebih tepatnya.
            Vania meninggalkan Nathan tanpa mengucap selamat malam untuk Nathan. Vania melemparkan dirinya ketempat tidur, Vania tersenyum, hatinya berbeda kali ini. Malam ini Vania tidur sangat nyenyak.
“good morning my special” suara itu membangunkan Vania, kali ini bukan suara alarm, Vania tahu suaran alarmnya tidak selembut suara yang barusan ia dengar. Apa ini mimpi? Buakan ini nyata. Apa yang baru didengar oleh Vania adala nyata dan suara itu tepat berada disampingnya. Suara lembut Nathan.
“pagi” Vania bangun dengan perasaan bahagia, dia terbangun karena suara lembut orang yang dicintainya.
“ayoo bangun, buruan mandi, ntar telat”
“iyaiya, bawel kayak mama kamu ini”
“kamu kalo bangun tidur lucu”
“lucu dari hongkong, kamu kan udah sering liat wajahku pas bangun tidur”
“tapi kali ini beda, kali ini lebih special”
“ahh ada ada aja”
            Getaran tubuh Vania makin hebat, dia semakin merasakan bahwa dirinya benar-benar jatuh cinta akan semua perlakuan Nathan akhir-akhir ini.
“besok kan liburan van, kamu harus temenin aku trus pokoknya”
“ehh enak aja, aku juga mau liburan sendiri, dan gak sama kamu”
“ayolah van, jahat banget sih, aku traktir kamu deh”
“okelah kalo ada traktiran”
“huh, giliran traktiran aja cepet banget”
“hahahaha”
Sebenarnya tanpa adanya traktiranpun Vania mau menerima ajakan Nathan. Dia ingin hari-harinya selalu bersama Nathan, sahabat yang dicintainya. Vania sangat yakin dia mencintai Nathan dan Nathan pun juga. Nathan sudah memperlihatkan bahawa hubungan mereka bukan hanya sahabat tapi lebih, entah hubungan apa, Vania sendiri pun tak tahu. Yang Vania tahu sekarang dia mencintai Nathan, dia nyaman bersama Nathan, dia tidak terlalu peduli dengan statusnya bersama Nathan.
            Selama liburan yang singkat itu Nathan mengajak Vania berkeliling kota Surabaya, Nathan sangat hafal tempat-tempat yang indah untuk dikunjungi. Sebenarnya Surabaya lebih indah dari kota-kota wisata lain, tanpa pergi ke luar kota pun kita bisa menikmati Surabay yang indah dengan nyaman. Senyaman hati Vania ketika dia bersama Nathan.
            Tempat yang paling indah menurut Vania adalah taman pelangi, taman pelangi begitu indah saat malam hari, lampu warna warni disana membuat indah taman itu. Tapi menurut Vania yang lebih membuat indah tempat ini adalah ketika Nathan memberitahunya bahwa Nathan mencintainya.
“aku sayang kamu van” ungkap Nathan
“aku juga sayang kamu tan” jawab Vania
“tapi maaf van, aku masih belum bisa pacaran, kamu tau kan, lukaku belum kering akibat sakit hatiku ke vera”
“aku ngerti tan, gak penting kejelasan status kita, yang penting rasa nyaman saat kita bersama dan kita mengerti bahawa kita saling mencintai” Nathan memeluk Vania, Vania membalas pelukan Nathan dengan mesra. “jangan pernah sakitin aku ya tan, aku sayang kamu”
“iya van, aku janji, aku juga sayang kamu my special” nathan mengecup kening Vania
“kita hunting foto yuk van, kamu jadi modelku hari, aku udah bawa kamera kok, aku sengaja milih di taman pelangi, lampu lampunya keren buat foto apalagi modelnya kamu”
“aku gak pede sayang”
“gak pede kenapa sih? Kamu cantik sayang, kamu dimataku begitu cantik, tidak peduli orang mengatakanmu seburuk apa, bagiku kamu adalah wanita kedua yang paling cantik didunia”
“kok kedua sih? Yang pertama siapa? Vera ya?” bibir Vania mengerucut, wajahnya masam seketika.
“sok tau yee” ujar Nathan sambil mencubit hidung Vania. “wanita yang paling cantik selain kamu itu ibuku sayang”
“oh hehe” raut wajah Vania seketika menjadi senang, wajahnya memerah setelah apa yang diucapkan oleh Nathan.
            Mereka menjalin hubungan lebih dari sahabat, entah apa. Coba pikir, hubungan apa yang lebih dari sahabat. Pacaran? Tidak. Mereka tidak pacaran tapi mereka saling mencintai. Apa salahnya dua manusia yang saling mencintai tetapi tetap bersama tanpa ikatan pacaran? Mereka sepasang kekasih. Mereka bukan ABG jaman sekarang yang mengumbar bahwa mereka sedang pacaran. Apakah ada rasa cinta diantara mereka yang pacaran? Mungkin hanya nafsu dan gengsi.
            Nathan merupakan hal paling indah bagi Vania, begitupun Nathan, Vania merupakan hal terindahnya. Mereka ingin kebahagiaan ini lebih dari selamanya.
            Apakah ada yang lebih indah dari keindahan kota Surabaya? Ada. Keindahan itu jika menikmati keindahan Surabaya dengan seseorang yang indah dalam hidupmu.

END