“krrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnngggggggg”
bunyi nyaring dari jam weker yang ada disebelah telinga vania membuatnya
terbangun dari mimpi indahnya. Vania mencoba menggapai-gapai jam wekernya untuk
mematikannya agar telinganya tidak semakin sakit mendengar bunyi nyaring jam
wekernya.hawa dingin pagi ini akibat hujan semalam membuat Vania enggan
beranjak dari tempat tidurnya.
“vania.....buruan
mandi!!!” teriak mama Vania dari luar kamar Vania.
“iya maa..... 5
menit lagi, masih ngantuk nih”
“buruan dong!
Nanti kebablasan tidur lagi. Mama
udah siapin sarapan di meja makan, ajak Nathan sarapan sekalian kalo dia udah
dateng”
“berisik banget
mama ini ih!” gerutu Vania sambil menutup telinganya dengan guling.
Vania pergi ke kamar mandi dengan
keadaan setengah sadar dan matanya masih tertutup, enggan untuk terbuka.
Selesai mandi Vania segera memakai seragam putih-putihnya. Cowok berkulit sawo
matang, beralis tebal dengan postur badan tinggi dan memakai seragam yang sama
dengan Vania ditambah mengenakan jaket berwarna biru sudah menunggunya di ruang
tamu. Jonathan Kusuma. Sahabat sekaligus teman sekelasnya. Selesai bersiap-siap
Vania segera menghampiri Nathan.
“sarapan dulu
yuk! Mamaku udah siapin sarapan, aku tahu kamu belum sarapan kan? Yuk, keburu
telat” ajak Vania sambil menarik tangan Nathan tanpa persetujuan Nathan
terlebih dahulu. Nathan mengikuti langkah vania menuju meja makan.
“kamu kenapa sih
tan? Daritadi diem aja?” Tanya vania ketika Vania dan Nathan menuju sekolah
mereka, SMK KESEHATAN SURABAYA. Vania dibonceng Nathan dan memegang erat jaket
biru Nathan.
“apanya?” jawab
Nathan singkat. Dia menjawab sekenanya. Nathan memang sedang bimbang, hatinya
sedang kacau saat ini. Pikirannya sedang tidak disini, entah ada dimana.
“kok tanya balik
sih?”
“apanya sih
van?”
“haduh mbulet
aja ditanyain”
“aku lagi gak
enak badan aja van”
“yakin cuman gak
enak badan? Aku tahu. Gara-gara Vera ya?” tebak Vania asal.
“jangan sebut
namanya! Pliss” ekspresi wajah Nathan seketika menjadi lebih murung daripada
sebelumnya. Nathan mempercepat laju motornya.
“maaf deh maaf.
Tapi bawa motornya gak ngebut juga gini rekk”
Sesampainya disekolah Vania dan
Nathan berjalan bersama menuju kelas mereka yang ada dilantai 2. Namun Nathan
masih terdiam sejak percakapannya dengan Vania di atas motor tadi. Vania pun
juga terdiam, dia tidak tahu apa yang sedeng dirasakan Nathan saat ini. Ia
takut jika bertanya-tanya lebih akan membuat mood Nathan makin memburuk. Vania
memutuskan akan bertanya bila mood Nathan membaik.
Di kelaspun Vania memerhatikan
Nathan banyak terdiam. Vania bingung harus bagaimana. Bel pulang berbunyi,
Nathan buru-buru merapikan perlatan dan buku-bukunya. Ia ingin cepat pulang
hari ini dan meninggalkan sekolah. Sebelum keluar kelas Nathan menghampiri
Vania terlebih dahulu “aku tunggu diparkiran cepet!!” tanpa jawaban dari Vania
Nathan langsung pergi meninggalkan Vania, dia berjalan menuju pintu kelas
dengan langkah gontai.
Nathan berjalan menuju tangga,
tatapannya kosong.
BRUK!
Suara buku
berjatuhan. Nathan menabrak seorang cewek yang sedang membawa beberapa buku,
berambut panjang, berkulit putih dan bertubuh mungil. Vera. Adik kelas
sekaligus pacar Nathan.
“Nathan! Maaf
maaf” Vera terkejut ketika mengetahui yang dia tabrak adalah Nathan.
“kaamu sengaja?”
nada suara Nathan tinggi hingga beberapa orang yang ada disekitarnya
memerhatikan mereka.
“e..nggak! kamu
masih marah? Aku bisa jelasin tan, kasih aku kesempatan pliss” vera memohon.
Tanpa suara
Nathan meninggalkan Vera. Wajah Nathan seketika memunculkan emosi. Dia sudah
tidak mau lagi mendengar ucapan Vera. Vera berusaha menahannya namun Nathan
tetap enggan mendengar apa yang akan dijelaskan olehnya.
Vera membereskan buku-buku yang tadi
ia bawa dan sekarang berserakan dilantai. Vera tidak bisa membendung air
matanya yang daritadi ia tahan saat bertemu dengan Nathan. Vania yang tidak
sengaja mengetahui hal tersebut segera menghampiri Vera dan membantunya
membereskan buku-buku yang berserakan tersebut.
“kamu gak
apa-apa kan ver?” tanya Vania
“gak apa-apa kok
mbak” jawab Vera sambil mengusap air matanya yang jatuh di pipinya, dia tidak
mau Vania tahu dia menangis. Tapi percuma saja, Vania sudah tahu bahwa dia
sedang menangis.
“kok nangis?”
Vera tiba-tiba
memeluk Vania. “aku yang salah mbak. Aku bodoh, aku sayang Nathan mbak” air
mata Vera turun deras dari matanya. Vera melepas pelukannya dan langsung pergi
tanpa mendengar komentar dari Vania. Vania hanya terdiam, bingung dan masih
berdiri terpaku ditempatnya.
Vania berjalan menuju tempat parkir,
disana Nathan sudah menunggu. Vania mencari-cari sosok Nathan yang sedang
menunggunya. Setelah matanya menemukan Nathan dia segera menghampirinya dan
langsung menaiki motor Nathan dan memegang erat jaket birunya.
Dalam perjalanan Vania dan Nathan
masih terdiam. Vaniapun mash takut untuk bertanya soal kejadian tadi. Nathan
mengendarai motornya dengan laju yang lebih cepat dari biasanya. Vania lebih
erat memegang jaket biru Nathan. Sampai depan rumah Vania pun Nathan tidak
mengcapkan sepatah kata pun.
“aku balik dulu ya”
“iya, makasih
udah dianter, kamu hati-hati dijalan ya. Kalau ada apa-apa hubungin aku ya, aku
selalu standby buat kamu kok” ucap Vania dengan senyum agar kondisi hati Nathan
sedikit tenang, dia tahu hati Nathan sedang tidak dalam kondisi normal. Nathan
hanya menjawab dengan anggukan lalu pergi
meninggalkan Vania yang masih berdiri diepan pintu pagar rumahnya. Vania
memasuki rumah menunggu punggung Nathan tidak terlihat lagi olehnya.
Vania
memasuki kamar dan berganti baju. Dia ingin segera tidur dan istirahat, dia
juga sedang bimbang, dia bimbang karena tidak tahu apa yang sedang dirasakan
sahabatnya.
Waktu
menunjukan jam 9 malam, Vania akan mengerjakan kebiasaan rutinnya, menjemput
mamanya kerja. Sebenarnya dia malas menjemput mamanya karena harus melewati
lokalisasi dolly yang begitu padat jalannya, belum lagi dia harus melihat
pemandangan wanita-wanita memamerkan bentuk tubuhnya dan laki-laki hidung
belang yang sibuk memilih-milih wanita yang sedang menjajakan tubuhnya.
Lokalisasi
dolly memang selalu ramai, orang surabaya mana yang tidak tahu dolly. Dolly
merupakan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara. Wow memang. Malam ini begitu
ramai dan macet. Tapi tiba Vania melihat seseorang yang dikenalnya disana,
Nathan. Vania tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, lelaki itu sedang di
sebuah wisma bersama wanita seksi yang sepertinya seorang PSK dan
menggandengnya dengan mesra. Untuk meyakinkan apa yang dilihatnya, Vania
memarkirkan motornya dan menghampiri lelaki itu.
Vania menarik pundak lelaki itu
“Nathan”. Nathan terkejut melihat Vania
ada ditempat seperti ini. “kon lapo nang kene?”
“aku yang
harusnya nanya, kamu ngapain disini ha?”
Nathan melepas
pegangan tangannya dengan wanita PSK itu. Dia beranjak lalu menyeret Vania
menjauh dari tempat itu.
“lepas! Sakit
tanganku tan, kamu kenemenen nyekel tanganku”
Nathan hanya
diam, dia mengambil motornya dan menyuruh Vania untuk segera naik kemotornya.
Vania hanya menuruti perkataan sahabatnya, dia masih ingin mendengar penjelasan
dari sahabanya, kenapa sahabatnya bisa menginjakkan kaki di tempat seperti itu.
“kon kok isok
nang kono ha?” tanya Vania dengan nada meninggi dan penasaran
“dieemmmmmm”
jawab Nathan dengan sedikit berteriak membuat Vania kaget dan terdiam, dia
tidak mau lagi bertanya soal hal itu, dia paling takut dengan orang yang
berbicara keras.
“trus kita mau
kemana”
“ketempat yang
enak”
“ha?”
“udah duduk
anteng aja” kali ini nada suara Nathan merendah. Vania hanya dia dan mengiyakan
apa yang dikatakan Nathan.
“ngapain kesini
sih?” tanya Vania ketika sampai ditempat yang dimaksud Nathan
“nanti dikira
kita anak gak bener kalo kesini”
“peduli kata
orang? Mereka aja ya pikiran negatif, disini sejuk, nyaman, pemandangan bagus”
Nathan mengajak Vania di pantai
kenjeran, satu-satunya pantai yang ada di Surabaya. Sebenarnya indah sekali
pantai kenjeran ini, selain dapat pemandangan laut yang luas kita juga bisa
melihat jembatan Suramadu yang menghubungkan kota Surabaya dan Madura dengan
lampu yang berkelip ketika malam hari. Sayangnya, tempat ini disalahkan gunakan
oleh muda mudi yang berpacaran, sehingga opini masyarakat sekitar menjadi buruk
ketika ada muda mudi berpasangan yang datang. Pasti mereka fikir muda mudi yang
datang akan berbuat tidak senonoh dan sebagainya.
Setelah memarkir motornya Nathan
segera mencari tempat sesuai yang diinginkan, tenang dan nyaman. Nathan sudah
mendapat tempatnya lalu duduk dipinggir pantai. Vania yang daritadi hanya
mengikuti dan memerhatikan Nathan hanya diam, Vania pun ikut duduk disebelah
Nathan.
Nathan memejamkan matanya dan
menikmati hawa sejuk yang ada di pantai kenjeran. Vania hanya memerhatikan
cowok yang ada disebelahnya ini. “aku pengen kayak gini trus van, sejuk, tenang
hmmm”
“iya tan, di
sini tenang banget buat hatiku tenang juga”
Nathan tiba-tiba memeluk Vania.
“makasih van udah mau nemenin aku” Vania membalas pelukan Nathan.
“kamu kenapa sih
sebenernya tan?” tanya Vania lembut sambil melepas pelukan Nathan.
“vera van”
“kenapa dia?”
“dia udah
boongin aku, dia selingkuh, kemarin waktu aku nganter mama beli perlengkapan
rumah dia lagi sama cowok, gandengan, mesra lagi” Nathan menceritakan sambil
menahan air matanya. Vania fokus mendengar cerita Nathan.
“mama juga
melihat kejadian itu van, mamaku marah, mama udah kenal deket sama vera”
“trus mamamu
gimana?”
“mama langsung
ngajak aku pergi dari situ, mama juga bilang, dia gak pantes buat aku, dan gak
mau lihat aku bareng dia lagi”
“yauda tinggalin
aja tan, asu banget tuh cewek”
“gak segampang
itu van, aku udah sayang banget sama dia, dia cinta pertamaku dan pacar pertamaku”
“trus kamu mau
gimana? Setelah kamu disakitin kamu mau balik sama dia? Mau disakitin lagi?
Kamu kayak orang gila tau gak kalo lagi galau, aku aja sampek bingung lihatnya”
Vania mendengus kesal.
“aku harus
gimana van?”
“lupain dia dan
move on” jawab Vania tegas.
“gak segampang
itu van”
“gampang aja
kalo ada kemauan dari kamu”
“banyak
kenanganku sama dia”
“ya lupain lah”
jawab Vania mulai kesal
“bantu aku ya
van” Nathan memohon sambil menatap mata Vania dengan lekat. “makasih ya van”
Vania mengangguk
dan memeluk Nathan. “jangan kayak gitu lagi ya tan, aku bingung kamu kayak gitu,
pergi ke dolly lagi, tapi tadi belum
ngapa2in kan disana?”
“maaf van”
Nathan melepas pelukan lalu mencium kening Vania. Entah kenapa tiba-tiba
perasaan Vania menjadi aneh, tidak seperti biasa saat bersama Nathan. Ada
getaran dalam tubuhnya. Mungkin perasaan cinta?. Oh tidak tidak, Vania tidak
mau jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Menurut Vania itu hanya akan membuat
hubungan persahabatan mereka rusak.
“cari makan yuk”
suara Nathan tiba-tiba mengagetkan Vania
“ehh...yuk,
nyari dimana?”
“nyobain rawon
setan yuk, belum pernah kan, berani gak? Haha”
“ayokk, berani
dong hmm”
“kan kamu paling
gak doyan pedes”
“iyasih, emang
pedes banget ya?”
“namanya juga
rawon setan, ya pedes lah, bukanya pas malem doang, jam 10, sekarang udah jam
12 kan? Udah buka tuh, lagi rame-ramenya
malah”
“emang cuman
malem tok yo bukae?”
“iyalah, ndeso banget
sih kamu, katanya orang surabaya tapi gak ngerti rawon setan”
“ihh jahate, aku kan anak rumahan jadi gak
tau yang tempat kayak gitu” ujar Vania kesal karena diledek Nathan seperti itu,
Vania mencubit lengan Nathan.
Perjalanan menuju rawon setan tidak
lagi membeku seperti tadi. Suasana sudah mencair, Nathan sudah ceria seperti
biasa, bercanda bersama Vania. Tapi entah Vania merasa ada getaran aneh saat
bersam Nathan. Dia sangan nyaman berada dekat Nathan, rasa nyaman itu bukan
sekedar rasa nyaman yang dilindungi sahabat, melainkan rasa nyaman dilindungi
oleh orang yang dicintai.
Waktu sudah menunjukkan pukul 1
pagi, setelah makan rawon setan, Nathan mengantar Vania pulang.
“kamu mau
langsung pulang habis nganter aku? Gak capek?”
“capek sih van”
“nginep rumahku
aja tan, nanti biar aku pamitin ke mamamu, mamamu pasti ngerti”
“trus mamamu
gimana? Emang gapapa?”
“ya gapapa lah
tan, kamu kan dulu sering nginep dirumahku, gimana sih”
“oh iyaya hehe,
maaf deh”
“kamu gak pernah
nginep rumahku lagi kan sejak pacaran karo
Vera” Vania mengerucutkan bibirnya
“iyadeh maaf
van” ujar Nathan sambil mencubit hidung Vania.
Sampai rumah Vania langsung
membersihkan diri dan menyiapkan kamar untuk Nathan tapi Nathan mencegahnya.
“gak usah repot repot van, aku tidur sofa aja, siapin bantal sama selimut aja”
“loh? Ojok ojok, kademen engkok. Diluar dingin
tan”
“gapapa van, kan
pakek selimut”
“beneran nih
tidur sofa?”
“iyaa” jawab
Nathan dengan senyum meyakinkan
“yaudah, tunggu
ya, aku ambilin bantal sama selimut dikamar dulu”
Vania pergi kekamarnya, dan kembali
keruang tamu membawa bantal dan selimut untuk Nathan. “nih selimutnya” vania
memberikan selimut dan bantal untuk Nathan.
“makasih sayang”
Vania tercengang
dengan apa yang barusan dikatakan Nathan. Nathan memanggilnya ‘sayang’. Hati
Vania bergejolak ketika sebutan itu keluar dari bibir Nathan. Saat Vania sedang
memikirkan sebutan yang barusan dari bibir Nathan, Nathan mendekatkan mukanya
dan mengecup bibir Vania “makasih untuk hari ini”. Vania tidak menjawab, dia
terkejut untuk yang kedua kalinya, Nathan membuatnya salting. “iii...yyaaaa
tan, sama sama. Aku tidur dulu”
“good night,
have a nice dream my special”
Ya tuhan apalagi
ini? Desah hati Vania. Mengapa Nathan menjadi seperti ini, membuatnya berbeda,
membuatnya jatuh cinta lebih tepatnya.
Vania meninggalkan Nathan tanpa
mengucap selamat malam untuk Nathan. Vania melemparkan dirinya ketempat tidur,
Vania tersenyum, hatinya berbeda kali ini. Malam ini Vania tidur sangat
nyenyak.
“good morning my special” suara itu membangunkan
Vania, kali ini bukan suara alarm, Vania tahu suaran alarmnya tidak selembut
suara yang barusan ia dengar. Apa ini mimpi? Buakan ini nyata. Apa yang baru
didengar oleh Vania adala nyata dan suara itu tepat berada disampingnya. Suara
lembut Nathan.
“pagi” Vania
bangun dengan perasaan bahagia, dia terbangun karena suara lembut orang yang
dicintainya.
“ayoo bangun,
buruan mandi, ntar telat”
“iyaiya, bawel
kayak mama kamu ini”
“kamu kalo
bangun tidur lucu”
“lucu dari
hongkong, kamu kan udah sering liat wajahku pas bangun tidur”
“tapi kali ini
beda, kali ini lebih special”
“ahh ada ada
aja”
Getaran tubuh Vania makin hebat, dia
semakin merasakan bahwa dirinya benar-benar jatuh cinta akan semua perlakuan
Nathan akhir-akhir ini.
“besok kan
liburan van, kamu harus temenin aku trus pokoknya”
“ehh enak aja,
aku juga mau liburan sendiri, dan gak sama kamu”
“ayolah van,
jahat banget sih, aku traktir kamu deh”
“okelah kalo ada
traktiran”
“huh, giliran
traktiran aja cepet banget”
“hahahaha”
Sebenarnya tanpa
adanya traktiranpun Vania mau menerima ajakan Nathan. Dia ingin hari-harinya
selalu bersama Nathan, sahabat yang dicintainya. Vania sangat yakin dia
mencintai Nathan dan Nathan pun juga. Nathan sudah memperlihatkan bahawa
hubungan mereka bukan hanya sahabat tapi lebih, entah hubungan apa, Vania
sendiri pun tak tahu. Yang Vania tahu sekarang dia mencintai Nathan, dia nyaman
bersama Nathan, dia tidak terlalu peduli dengan statusnya bersama Nathan.
Selama liburan yang singkat itu
Nathan mengajak Vania berkeliling kota Surabaya, Nathan sangat hafal
tempat-tempat yang indah untuk dikunjungi. Sebenarnya Surabaya lebih indah dari
kota-kota wisata lain, tanpa pergi ke luar kota pun kita bisa menikmati Surabay
yang indah dengan nyaman. Senyaman hati Vania ketika dia bersama Nathan.
Tempat yang paling indah menurut
Vania adalah taman pelangi, taman pelangi begitu indah saat malam hari, lampu
warna warni disana membuat indah taman itu. Tapi menurut Vania yang lebih
membuat indah tempat ini adalah ketika Nathan memberitahunya bahwa Nathan
mencintainya.
“aku sayang kamu
van” ungkap Nathan
“aku juga sayang
kamu tan” jawab Vania
“tapi maaf van,
aku masih belum bisa pacaran, kamu tau kan, lukaku belum kering akibat sakit
hatiku ke vera”
“aku ngerti tan,
gak penting kejelasan status kita, yang penting rasa nyaman saat kita bersama
dan kita mengerti bahawa kita saling mencintai” Nathan memeluk Vania, Vania
membalas pelukan Nathan dengan mesra. “jangan pernah sakitin aku ya tan, aku
sayang kamu”
“iya van, aku
janji, aku juga sayang kamu my special” nathan mengecup kening Vania
“kita hunting
foto yuk van, kamu jadi modelku hari, aku udah bawa kamera kok, aku sengaja
milih di taman pelangi, lampu lampunya keren buat foto apalagi modelnya kamu”
“aku gak pede
sayang”
“gak pede kenapa
sih? Kamu cantik sayang, kamu dimataku begitu cantik, tidak peduli orang
mengatakanmu seburuk apa, bagiku kamu adalah wanita kedua yang paling cantik
didunia”
“kok kedua sih?
Yang pertama siapa? Vera ya?” bibir Vania mengerucut, wajahnya masam seketika.
“sok tau yee”
ujar Nathan sambil mencubit hidung Vania. “wanita yang paling cantik selain
kamu itu ibuku sayang”
“oh hehe” raut
wajah Vania seketika menjadi senang, wajahnya memerah setelah apa yang
diucapkan oleh Nathan.
Mereka menjalin hubungan lebih dari
sahabat, entah apa. Coba pikir, hubungan apa yang lebih dari sahabat. Pacaran?
Tidak. Mereka tidak pacaran tapi mereka saling mencintai. Apa salahnya dua
manusia yang saling mencintai tetapi tetap bersama tanpa ikatan pacaran? Mereka
sepasang kekasih. Mereka bukan ABG jaman sekarang yang mengumbar bahwa mereka
sedang pacaran. Apakah ada rasa cinta diantara mereka yang pacaran? Mungkin
hanya nafsu dan gengsi.
Nathan merupakan hal paling indah
bagi Vania, begitupun Nathan, Vania merupakan hal terindahnya. Mereka ingin
kebahagiaan ini lebih dari selamanya.
Apakah ada yang lebih indah dari
keindahan kota Surabaya? Ada. Keindahan itu jika menikmati keindahan Surabaya
dengan seseorang yang indah dalam hidupmu.
END